Mempersiapkan Dana Darurat
Anda pasti pernah mengalami kondisi yang tidak pernah disangka, saat sedang butuh-butuhnya untuk melakukan pembayaran, tiba-tiba harus membantu seseorang, orang tua atau bahkan anak yang sakit, misalnya. Tentu hal ini membutuhkan dana atau uang agar bisa membawanya ke dokter atau rumah sakit. Bila tidak mempersiapkan dana sedini mungkin, Anda pasti kelabakan. Inilah yang menjadi penting, yaitu mempersiapkan dana darurat.
![]() |
Ilustrasi (Gambar: shutterstock.com) |
Tidak dapat dipungkiri hidup memang tidak semulus dan selancar jalan tol. Selalu ada kejadian yang tidak bisa kita prediksi, di luar keinginan dan mendadak. Dalam kehidupan sehari-hari, siapa pun pasti pernah merasakan dan mengalami hal mendadak yang harus mengeluarkan uang, dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Dana Darurat adalah Simpanan Uang yang Disiapkan untuk Hal Tidak Terduga
Ada banyak definisi yang disampaikan para ahli, termasuk oleh para perencana keuangan. Namun pada dasarnya dana darurat adalah pos anggaran yang dibuat khusus untuk berjaga-jaga dalam menghadapi hal yang tiba-tiba terjadi, sehingga neraca keuangan bulanan yang sudah disepakati bersama pasangan tidak akan terganggu.
Berapa besarnya dana darurat yang harus dipersiapkan?"
Sebelum bicara besaran, maka yang akan dibicarakan terlebih dahulu adalah sumber untuk dana darurat. Yang harus diketahui adalah pos untuk dana tidak terduga ini tentu saja tidak sama dengan pos-pos pengeluaran rutin setiap bulan.
Menurut perencana keuangan, Muhamad Ichsan ICP, di Jakarta, mengatakan bahwa dana darurat seharusnya sudah ada di tempat tersendiri yang terpisah dari arus kas keuangan keluarga setiap bulannya. Dan sifatnya hanya cadangan, digunakan kalau memang benar-benang diperlukan tidak boleh diotak-atik.
Sedangkan besarnya dana darurat tidak tergantung pada penghasilan, namun berpedoman pada pengeluaran bulanan kita. Siapkan saja 3 sampai 10 kali pengeluaran bulanan. Tentu pengeluaran yang sudah diatur lewat sebuah perencanaan yang baik.
Tentu saja jumlah dana darurat tersebut bergantung juga pada kepastian penghasilan yang bisa didapat setiap bulannya.
Pada orang-orang yang berpenghasilan teratur , misalnya pada karyawan bergaji tetap, jumlah cadangan boleh sekitar tiga kali pengeluaran. Sedangkan untuk pekerjaan bersifat profesi atau temporer dengan penghasilan tidak pasti, seperti wirausaha, pemborong, seniman dan lain-lain, sebaiknya mencapai 6 sampai 10 kali pengeluaran.
Pada pekerjaan berpenghasilan tidak tetap, tidak bisa diperkirakan jumlah yang diterima setiap bulannya. Kadang bisa besar kalau dapat proyek. Tapi saat tidak ada penghasilan, tetap ada kebutuhan yang harus dipenuhi.
Selanjutnya, dana darurat ini ditempatkan dalam bentuk atau uang atau harta yang sifatnya cair, sehingga bisa diuangkan dengan segera. Tapi sebaiknya bukan uang yang disimpan di bawah bantal karena adanya risiko kehilangan.
Tentu saja pilihannya bisa dalam bentuk tabungan, deposito berjangka pendek atau reksadana pasar uang.
Menempatkan uang di tempat yang tidak mudah dijangkau ini sangat penting, karena bila mudah diambil, bisa saja nanti kita akan tergoda untuk meminjamnya untuk kebutuhan yang bersifat bukan darurat.
Tentang penggunaannya, pastikan bahwa memang benar untuk hal yang mendesak yang harus dipenuhi saat itu juga. Sebab jika masih bisa ditunda, akan lebih baik jika dimasukkan dalam pengeluaran bulan berikutnya. Dan lebih baik, bila dana darurat tersebut tetap utuh untuk jaga-jaga akan hal yang tidak terduga lainnya yang mungkin lebih mendesak.
Cara Mengatur Dana Darurat
Secara sekilas, untuk mengatur dan mengelola dana darurat terdengar sangat mudah dipahami. Namun saat dipraktekkan, akan tidak mudah. Dibutuhkan suatu perencanaan matang, pengawasan ketat dan kedisiplinan dalam melaksanakannya.
Adapun yang dapat diambil dari dana darurat, adalah:
- Keluarga yang membutuhkan bantuan kekurangan sewaktu-waktu (tidak rutin).
- Kerusakan kendaraan, rumah, atau barang yang bersifat vital dan diperlukan sehari-hari.
- Menalangi pembayaran biaya rumah sakit sebelum ditebus ke asuransi.
- Adanya tagihan tertentu atau kelebihan tagihan yang tak diperkirakan sebelumnya, misalnya biaya telepon membengkak, pajak yang harus segera dibayar, dan sebagainya.
- Perhitungan yang meleset dan estimasi pengeluaran yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya kenaikan harga BBM yang mendadak di tengah bulan, yang memicu kenaikan harga lainnya.
Itu dia sedikit informasi tentang “mempersiapkan dana darurat”. Semoga informasi tersebut bermanfaat dan bisa menjadi referensi untuk Anda.
0 Response to "Mempersiapkan Dana Darurat"
Post a Comment